Ada yang masih
ingat kapan Indonesia merdeka? Yap, tepat sekali. Indonesia memperoleh
kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 setelah Jepang menyerah
tanpa syarat kepada Sekutu. Setelah sekian lama dijajah, Indonesia akhirnya
berhasil melepaskan diri dari belenggu para penjajah.
Berbicara
tentang kemerdekaan, apakah anda setuju dengan pernyataan bahwa Indonesia
mencapai kesejahteraaan setelah merdeka? Saya cukup setuju karena hal ini
nyata adanya. Indonesia memiliki SDM dan SDA yang begitu melimpah, wilayah yang
sangat luas, letak geografis yang strategis, dan masih banyak lagi hal-hal yang
dimiliki. Seluruh kekayaan ini berpotensi dalam meningkatkan kesejahteraan di
tengah masyarakat. Namun, apakah anda setuju dengan pendapat yang menyatakan
bahwa Indonesia telah “Raya” setelah merdeka?
Saya tidak
setuju. Indonesia Raya dalam benak saya adalah Indonesia yang mampu berdiri
sendiri dengan artian mandiri dalam menyelesaikan masalah dalam negeri sebelum
ikut melibatkan pihak luar. Indonesia Raya menurut saya juga bisa menjadi pusat
perdagangan dunia, mengingat kekayaan dan kelebihan yang dimiliki. Tetapi pada
kenyataannya, hal-hal tersebut masih belum terwujud secara nyata.
Indonesia memiliki SDA dan SDM yang sangat potensial, tetapi belum bisa diolah
dengan baik. Buktinya, kita masih mendapati krisis pangan di seluruh wilayah
Indonesia dan masih banyak warganya yang menyadang status
pengangguran. Hal ini tidak lain disebabkan oleh kelalaian bangsa Indonesia
sendiri. Kita masih bertumpu pada budaya malas dan manja. Perlu kita ingat
bahwa MALAS adalah kunci dari kegagalan. Akibatnya, tujuan bangsa yang terdapat
di dalam UUD 1945 dan Pancasila sila ke-5 yaitu “Keadilan sosial bagi Seluruh
Rakyat Indonesia” belum juga tercapai sampai saat ini.
Lalu bagaimana
agar Indonesia Raya yang kita idam-idamkan dapat terwujud? Caranya adalah
dengan bersatu. Kita, sebagai bangsa yang besar, tentu memiliki banyak
perbedaan. Namun, perbedaan bukanlah penghalang untuk memajukan Indonesia.
Gotong-royong kiranya dijadikan budaya, selain itu, kita harus lebih inovatif
dengan cara ikut berkontribusi dalam mewujudkan Indonesia Raya.
Saya pribadi
ingin berkontribusi sebagai SDM yang berguna bagi bangsa. Saya ingin mencetak
SDM lainnya yang sehat secara fisik dan mental dan SDM yang mampu
mengaplikasikan skill-nya untuk kemajuan Indonesia. Saya akan
mencapai target saya dengan memulai pendidikan di tingkat yang lebih tinggi
sebagai mahasiswa. Saya akan berusaha tekun dalam belajar dan mengembangkan
potensi-potensi yang ada pada diri saya. Mimpi untuk menjadi psikolog yang
handal dan bisa melayani masyarakat Indonesia adalah kontribusi saya untuk
Indonesia Raya.
Saya sadar
bahwa untuk berkontribusi dalam suatu hal yang besar tidaklah mudah.
Tentu saya akan dipertemukan dengan sejumlah masalah yang menimbulkan gap antara
saya dan target itu sendiri. Seperti yang saya rasakan saat ini, saya sadar
bahwa saya adalah orang yang cukup introvert (pendiam dan suka
menganalisa keadaan) dan tidak mahir dalam hal public speaking, padahal
baru saja saya menyatakan bahwa saya ingin menjadi seorang psikolog yang
handal. Seorang psikolog harus memiliki skill dalam
berinteraksi dengan orang lain. Selain itu, seorang psikolog juga harus
memiliki kepedulian yang besar terhadap sesamanya.
Lalu usaha
apakah yang harus dilakukan untuk menghilangkan gap yang ada?
Dari kasus yang saya alami, saya harus belajar untuk membuka hati dan pikiran
kepada orang-orang yang berada di sekitar saya, baik yang sifatnya menyenangkan
maupun yang tidak menyenangkan. Kemudian, saya harus berinteraksi lebih jauh
dengan mereka, lebih baik mengenali karakter orang-orang di sekitar kita
sebelum mencoba mengenali karakter orang yang tidak kita kenal. Saya juga harus
mengembangkan skill public speaking. Tidak lupa saya harus
memperdalam ilmu psikologi yang tidak lain bertujuan untuk menambah wawasan
agar saya benar-benar menjadi SDM yang berkarakter, kaya ilmu dan ber-skill demi
mewujudkan Indonesia Raya.