DINAMIKA KELOMPOK
INTERANKSI ANTAR ANGGOTA KELOMPOK
Fiedler, 1967 (dalam Munandar, 2001)
membagi kelompok kerja yang didasarkan pada intensitas interaksi menjadi 3
yaitu :
1. Interacting
groups (kelompok interaksi),
yaitu kelompok yang anggotanya saling tergantung dan aksi/tindakan mereka perlu
dikerjakan bersama untuk mencapai hasil yang yang baik. Contoh : Tim sepak
bola.
2. Co-acting groups (kelompok
koaksi), yaitu kelompok yang anggotanya melaksanakan pekerjaan bersama namun
relatif tidak saling tergantung. Contoh : Kelompok salesman.
3. Counter-acting groups (kelompok
konteraksi), yaitu kelompok yang anggotanya bekerjasama untuk berunding dan
menyepakati sasaran dan tuntutan yang saling bertantangan. Contoh : Kelompok
perjanjian kerja yang terdiri dari manajer dan para serikat kerja.
GEJALA DALAM PROSES KELOMPOK
Gejala dalam proses kelompok menurut
Leavitt, 1988 (dalam Munandar, 2001) yaitu :
1. Tahap Pathfinding, yaitu penemuan dari tujuan
kelompok.
2. Tahap Pemecahan Masalah, yaitu adanya
pemaparan masalah, kemudian pengumpulan informasi untuk merumuskan pemecahan
masalah, dan pada akhirnya dilaksanakan pencarian pemecahan masalah.
3. Tahap Implementasi, yaitu tahap
melakukan serangkaian proses produksi seperti pembentukan, penyusunan,
penjualan, dan pembuatan suatu hal yang menjadi tujuan kelompok.
Selain itu, menurut Leavitt, 1988 (dalam
Munandar, 2001), terdapat gejala-gejala lain yang biasanya terjadi dalam proses
kelompok :
a. Konformisme, yaitu terdapatnya pola
perilaku tertentu yang berlaku secara umum dalam kelompok.
b. Kelekatan (cohesiveness), yaitu
kondisi tinggi-rendahnya kesepakatan para anggota terhadap sasaran kelompok
serta bentuk penerimaan antar anggota kelompok.
c. Sinergi, yaitu bentuk pengabilan
keputusan kelompok sebagai keputusan terbaik yang diambil oleh stiap anggota
kelompok.
d. Groupthink, yaitu kondisi tidak adanya
penerimaan yang baik terhadap sanggahan dalam diskusi kelopok, sehingga
keputusan diambil dengan cara paksa. Janis dan Mann, 1977 (dalam Munandar,
2001) menjabarkan gejala groupthink scara berurutan :
e. Group
polarization, yaitu pergeseran pengambilan keputusan yang ekstrim,
yang sangat tinggi atau rendah resikonya. Fincham dan Rhodes, 1988 (dalam
Munandar, 2001) mengutarakan beberapa penyebab terjadinya polarisasi kelompok :
PERSAINGAN ANTARA KELOMPOK
Menurut Robin, 1998 (dalam Munandar,
2001), dampak dari persaingan dapat dijabarkan sebagai berikut :
MENGELOLA KONFLIK DALAM KELOMPOK
Cara mengelola konflik dalam kelompok
menurut Thomas, 1992 (dalam McKenna, 2012) yaitu :
1. Competition (bersaing), yaitu berusaha melawan
dengan memanfaatkan otoritas, anacaman, dan kekuatan.
2. Collaboration (bekerjasama), yaitu pendekatan
kondisi win-win yang menguntungkan bagi masing-masing pihak.
3. Avoidance (menghindar), yaitu salah satu pihak
mengundurkan diri dari konflik untuk menghindari ketidaksetujuan yang terjadi
antar pihak.
4. Accommodation (menyesuaikan), yaitu salah satu pihak
menempatkan diri di bawah posisi lawan.
5. Compromise (berkompromi), yaitu masing-masing
pihak mengalah atau melepas suatu hal, sehingga tidak ada yang menang dan
kalah.
MEMBANGUN TIM YANG EFEKTIF
Menurut Katzenbach dan Smith, 1993 (dalam
McKenna, 2012), untuk membangun tim yang efektif sebaiknya mengandung konteks
sebagai berikut :
1. Menciptakan suasana penting dan
membuat arahan/direksi.
2. Memilih anggota berdasarkan kemampuan
(skill), .riwayat, potensi, dan bukan hanya dasar dari kepribadian dasarnya.
3. Memastikan pertemuan pertama berjalan
lancar.
4. Menetapkan beberapa peraturan
untuk peilaku anggota.
5. Fokus kepada hal-hal urgent agar
menjadi lebih objektif.
6. Mendedikasikan sebagian besar waktu
untuk melakukan interakasi antar anggta.
7. Menyediakan informasi terkini seputar dan
untuk anggota.
Daftar Pustaka
Robbins S. P., & Judge A. T. (2013) .Organizational
Behavior Fifteenth Edition. Pearson: England.
McKenna, E. (2012). Business Psychology and
Organizational Behaviour Fifth Edition. Psychology Press : New York.
Munandar, A. S. (2001). Psikologi Industri
dan Organisasi. UIP: Jakarta